FAHAM – FAHAM FILSAFAT PENDIDIKAN
Tugas ini disususn untuk memenuhi
tugas mata kuliah
Pengantar filsafat pendidikan
Yang dibina oleh
Oleh
Kelompok 2
Muhammad Abdullah 18862040018
Noor Baidho 18862040026
UNIERSITAS ACHMAD YANI BANJARMASIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDKAN
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kauasa atas
segala limpahan rahmat, inayah, taufiq dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapatdi pergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk bagi kita semua yang membaca. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi
lebih baik lagi. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman dan pengetahuan kami masih sangat kurang. Oleh karena itu kami
harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan – masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa meridhai
segala urusan kita. Amin.
Karang Intan, 21 Maret 2019
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
………………………………….……………………….……………… 2
Daftar Isi ………………………………….…………………………….…………………
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang …………………………………………………………...…..….... 4
B. Rumusan
Masalah ……………………………………………………....…...…….
5
C. Tujuan
…………….………………………………………………...…....….…….
5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Pendidikan .……………………………………………..…..... 6
B. Paham Aliran Progresivisme……………………………………...........................
6
C. Paham Aliran Esensialisme.…………………………………………….………… 7
D. Paham Aliran Perenialisme……………………………………………………....... 9
E. Paham Aliran Rekonstruksionalisme……………………………………….…….. 10
F. Paham Aliran Eksistensialism...…………………………………………………...
11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...…………………………………………………………................. 12
B. Saran …………………………………………………………………………....… 12
Daftar Pustaka…………………………………………………….…………………………13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tiap-tiap
aliran filsafat bukanlah merupakan usaha mengakhiri perbedaan-perbedaan
prinsipil dari suatu ajaran. Tetapi justru di dalam kebebasan memilih dan mengembangkan
ide-ide filsafat itu, asas filosofis yang menghormati martabat kemanusiaan
setiap orang tidak hanya teroritis adanya, melainkan praktis, dilaksanakan.
Inilah satu bukti dan jaminan konkrit kebenaran-kebenaran filsafat yang asasi.
Jadi
mengingkari kebebasan subyek, meniadakan eclecticisme bertentangan dengan
asas-asas utama di dalam filsafat yang ideal. Dan ini perlahan-lahan tetapi
pasti, membunuh perkembangan filsafat itu sendiri. Bahkan tidak adanya
eclecticisme itu bertentangan dengan kodrat asasi pribadi manusia yang
mengandung sifat-sifat individualitas dan sifat kepribadian yang unik.
Klasifikasi
aliran-aliran filsafat pendidikan berdasarkan perbedaan-perbedaan teori dan
praktek pendidikan yang menjadi ide pokok masing-masing filsafat tersebut.
Demikian pula klasifikasi itu sendiri akan berbeda-beda menurut cara dan dasar
yang menjadi kriteria dalam menetapkan klasifikasi itu. Misalnya ada yang
membuat klasifikasi aliran filsafat pendidikan berdasarkan asas dichotomi yakni
antara aliran progressive dan aliran conservative. Tetapi klasifikasi yang
demikian sukar untuk menampung adanya kenyataan bahwa masing-masing aliran yang
relatif banyak itu mempunyai pula segi-segi yang overlapping. Karena itu tak
akan ada sifat yang murni bagi suatu aliran untuk digolongkan sebagai
konservatif semata-mata, jika kita cukup jujur untuk melihat adanya unsur-unsur
progressif di dalamnya. Itulah sebabnya, perlu kita sadari bahwa klasifikasi
aliran-aliran filsafat itu harus didasarkan atas penelitian yang mendalam dan
sangat hati-hati.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat pendidikan ?
2. Bagaimana paham aliran progresivisme dan tokohnya ?
3. Bagaimana paham aliran esensialisme dan tokohnya ?
4. Bagaimana paham aliran perenialisme dan tokohnya ?
5. Bagaimana paham aliran rekonstruksionalisme dan tokohnya ?
6. Bagaimana paham aliran eksistensialisme ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui pengertian filsafat pendidikan.
2. Mengetahui tentang paham aliran progresivisme dan tokohnya.
3. Mengetahui tentang paham aliran esensialisme dan tokohnya.
4. Mengetahui tentang paham aliran perenialisme dan tokohnya.
5. Mengetahui tentang paham aliran rekonstruksionalisme dan tokohnya.
6. Mengetahui tentang paham aliran eksistensialisme.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Filsafat Pendidikan
ilmu filsafat
yang mempelajari hakikat pelaksanaan dan pendidikan.
Bahan yang dipelajari tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat
pendidikan. Metode yang dilakukan adalah dengan menganalisis secara
kritis struktur dan manfaat pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya
untuk memikirkan permasalahan pendidikan. Salah satu yang dikritisi
secara konkret adalah relasi antara pendidik dan peserta didik dalam
pembelajaran. Salah satu yang sering dibicakan dewasa ini adalah
pendidikan yang menyentuh aspek pengalaman. Filsafat pendidikan
berusaha menjawab pertanyaan mengenai kebijakan
pendidikan, sumber daya
manusia, teori kurikulum dan
pembelajaran serta aspek-aspek pendidikan yang lain.
Paham-Paham Filsafat Pendididkan
A.
Paham Aliran Progresivisme
Filsafat
pendidikan Progresivisme ini di awali dengan sebuah kelompok yang didirikan di
tahun 1918. Aliran ini menyatakan bahwasanya pengetahuan yang benar pada masa
sekarang belum tentu akan benar juga di masa mendatang. Pendidikan lebih dititikberatkan
pada peserta didik, bukan pada gurunya.
Konsep dasar dalam aliran progrresivisme adalah pkeyakinan bahwasanya manusia memiliki kemampuan yang bisa mengatasi masalah yang mengancam keberadaanya secara wajar. Dalam hal ini penganut aliran ini tak mengenal teori nyata yang bersifat umum. Pengalaman dipandang sebagai hal yang berunsur dinamis, tempo waktu dan menyala.
Konsep dasar dalam aliran progrresivisme adalah pkeyakinan bahwasanya manusia memiliki kemampuan yang bisa mengatasi masalah yang mengancam keberadaanya secara wajar. Dalam hal ini penganut aliran ini tak mengenal teori nyata yang bersifat umum. Pengalaman dipandang sebagai hal yang berunsur dinamis, tempo waktu dan menyala.
Perkembangan nilai berlangsung dengan
adanya pengalaman dari individu yang dipadu dengan nilai yang telah ada dalam budaya.
Fungsi belajar dikatakan sebagai cara meninggikan tingkat kehidupan sosial yang
sangat beragam. Kurikulu yang baik ditetapkan atas dasar eksperimental. Artinya
kurikulum bisa disesuaikan dengan kebutuhan zaman.
Inti dari aliran ini yaitu memandang siswa sebagai pusat pendidikan. Semua dari diri siswa meliputi kreativitas, aktifitas, belajar dari lingkungan, pengalaman merupakan faktor yang sangat berpengaruh.
Inti dari aliran ini yaitu memandang siswa sebagai pusat pendidikan. Semua dari diri siswa meliputi kreativitas, aktifitas, belajar dari lingkungan, pengalaman merupakan faktor yang sangat berpengaruh.
Tokoh
Tokoh Filsafat Pendidikan Progresivisme :
1.
William James
James
Berpendapat bahwasanya otak dan pikiran memiliki ketetapan organik dan harus
memiliki fungsi biologik dan nilai demi kelangsungan hidup. Fungsi pikiran
dipelajari sebagau bentuk dari subjek pokok pengetahuan eksakta. James tidak
menyangkutkan pikiran dengan ilmujiwa pra konsepsi teologi dan menempatkan di
atas kemungkinan prilaku.
2. John Dewey
2. John Dewey
teori yang
dikemukan John Dewey ini adalah penekanan pada siswa dan pada subjeknya. Dalam
hal ini muncul istilahChild Centered Curriculum dan Child Centered School.
Dalam lingkup pengertian Dewey, peserta didik lebih dipersiapkan untuk
menghadapi masa sekarang daripada masa mendatang yang belum jelas.
3. Hans Vaihinger
3. Hans Vaihinger
makna dari
‘tahu’ sangatlah sederhana. Penyesuaian sebuah materi bisa dibuktikan. Standar
sebenarnya dalam berpikir adalah bagaimana hasil berpikir tersebut bisa memberi
pengaruh pada kejadian di sekitar.
Pada hakikatnya, dalam aliran ini tidak menerima adanya sikap otoriter. Sebagaimana telah disinggung di atas bahwasnya pusat pendidikan itu adalah peserta didik itu sendiri. Dengan adanya otoriter tentu akan membunuh kemampuan, kreatifitas, bakat dan minat peserta didik. Bagaimana tidak, peserta didik hanya dipaksa mengikuti satu aturan.
Pada hakikatnya, dalam aliran ini tidak menerima adanya sikap otoriter. Sebagaimana telah disinggung di atas bahwasnya pusat pendidikan itu adalah peserta didik itu sendiri. Dengan adanya otoriter tentu akan membunuh kemampuan, kreatifitas, bakat dan minat peserta didik. Bagaimana tidak, peserta didik hanya dipaksa mengikuti satu aturan.
B.
Paham Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme ialah aliran
filsafat yang berasumsi bahwa hal-hal yang esensial dari pengalaman insan yang
mempunyai nilai guna dibimbing. Semua insan dapat mengenal hal-hal yang
esensial, bilamana ia berpendidikan. Jadi aliran esensialisme memandang bahwa
edukasi harus berpijak pada dasar nilai-nilai yang mempunyai kejelasan dan
tahan lama, sehingga menyerahkan kestabilan dan arah yang jelas. Esensialisme
didasari atas pandangan humanisme yang adalahreaksi terhadap hidup yang megarah
pada keduniawian, serba ilmiah dan materialistik, pun diwarnai oleh
pandangan-pandangan dari paham pengikut aliran idealisme dan realisme.
Prinsip dasar aliran Esensialisme
ini adalah mengambil patokan pendidikan berdasarkan nilai budaya yang telah
diwariskan dari dahulu kala. Pendidikan dipandang sebagai bentuk perlakuan yang
harus jelas dan tahan lama,stabil dengan suatu koridor kepastian.
Aliran ini lebih ‘memaksa’ peserta didik untuk mengikuti aturan dan nilai yang telah ditetapkan. Dengan demikian ini akan bersifat melestarikan budaya. Dasar penetapan ini dianalogiakan pada alam, bahwaasanya di alam dikenal dengan hukum alam. Semua yang ada di alam harus menaati hukum alam tersebut mau tidak mau
Aliran ini lebih ‘memaksa’ peserta didik untuk mengikuti aturan dan nilai yang telah ditetapkan. Dengan demikian ini akan bersifat melestarikan budaya. Dasar penetapan ini dianalogiakan pada alam, bahwaasanya di alam dikenal dengan hukum alam. Semua yang ada di alam harus menaati hukum alam tersebut mau tidak mau
Tokoh utama aliran esensialisme ;
1.
Desiderius Ersamus (abad ke-15 dan mula abad ke-16) yang berusaha supaya kurikulum
sekolah mempunyai sifat humanistis dan mempunyai sifat internasional, sehingga
dapat mencakup lapisan menenah dan kaum aristokrat.
2.
Johann Amos Comenius (1592-1670) yang berasumsi bahwa pendidikan memiliki
peranan menyusun anak cocok dengan kehendak Tuhan.
3.
John Locke (1632-1704) yang berasumsi bahwa edukasi selalu dekat dengan kondisi
dan kondisi
4.
Johann Henric Pestalozzi (1746-1827) yang paling percaya bahwa pada diri insan
ada kemampuan-kemampuan sewajarnya, dan ia berkeyakinan bahwa manusia pun
mempunyai hubungan transendental dengan Tuhan
5.
Johann Friederich Frobel (1782-1852) yang berpandangan bahwa insan tunduk dan
mengekor ketentuan-ketentuan hukum alam. Dia pun memandang bahwa anak ialah
makhluk yang berekspresi dan kreatif yang tingkah lakunya bakal nampak adanya
kualitas metafisis. Tugas edukasi menurut-nya ialah memimpin anak didik ke arah
kesadaran diri sendiri, cocok dengan fitrah kejadiannya.
6.
Johann Friederic Herbert (1776-1841) yang berasumsi bahwa destinasi pendidikan
ialah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebaikan dari yang mutlak dan berikut
yang dinamakan proses pencapai destinasi pendidikan. Sebagai pengajaran yang
mendidik.
7.
William T. Harris (1835-1909) yang bepandangan bahwa tugas pendidikan ialah
terbukanya realitas menurut sususunan yang pastu menurut spiritual, dan status
sekolah ialah sebagai lembaga yang merawat nilai-nilai yang sudah turun temurun
dan menjadi penuntun penyesuaian diri untuk masyarakat.
Tokoh esensialisme dalam menjaga pendapat dan pahamnya, mereka
menegakkan suatu organisasi yang mempunyai nama Essentialist Committee for the
Advancement of Education pada tahun 19930, dan melewati organisasi ini,
pandangan-pandangan esensialisme dikembangkan ke dalam dunia pendidikan. Adapun
destinasi umum aliran esensialisme ialah membentuk individu bahagia di dunia
dan akhirat.
C. Paham
Aliran Perenialisme
Aliran
Filsafat pendidikan Perenialisme ini bersifat mundur. Dalam artian khusus
mereka memandang bahwasanya pendidikan masa sekarang penting dikembalikan
sebagaimana budaya pendidikan di masa lalu.
Aliran
ini berfokus pada tujuan dan arah pendidikan ini menjadi apa. Dibutuhkan sebuah
tujuan khusus yang jelas dalam filsafat pendidikan. Sebagai bahan perbandingan,
jika aliran progresivisme memberikan kebebasan kepada peserta didik,
esensialisme menetapkan suatu aturan yang jelas, aliran perenialisme ini ingin
kembali ke masa lalu.
Beberapa
tokoh yang terkenal pada aliran ini adalah ariestoteles. Penanaman prinsip
perenis ini telah dilakukan aristoteles,
kemudian dilanjutkan oleh Thomas Aquinas
sebagai reformis di abad ke 13. Dalam kesatuannya, perenialism berpendapat
bahwa keyakinan akan aksiomatis pada zaman dahulu harus dijadikan sebagai dasar
dalam menyusun konsep pendidikan sekarang. Bukan berniat mengembalikan, ilmu
pengetahuan pada masa lalu, tetapi azas azas pendidikan masa lalu tersebut yang
patut untuk diterapkan sekarang.
Proyeksi
yang diharapkan dari peserta didik adalah bagaimana meningkatkan kemampuan
sebagaimana orang dahulu menemukan, memperkenlkan karya karya dalam ilmu
pengetahuan. Ini lebih pada tatanan kedisiplinan pribadi. Peserta didik harus
tahu bagaimana proses berfikir sehingga mampu menjadi dorongan untuk berbuat
sesuatu pada ilmu pengetahuan.
Asas yang dianut perennialisme bersumber pada filsafat kebudayaan
yang berkiblat dua aspek. Pertama, teologis yang bernaung pada doktrin agama,
dan kedua ialah sekuler yang berpegang pada gagasan dan cita filosofis Plato
dan cita filosofis Aristoteles. Kedua figur ini, dan tergolong Thomas Aquinas
mempunyai pengaruh terhadap aliran perennialisme.
Berdasarkan keterangan dari
Plato :
Manusia secara kodrati mempunyai tiga potensi, yakni nafsu,
kemauan, dan pikiran. Pendidikan hendaknya berorientasi pada potensi tersebut
dan untuk masyarakat, supaya kebutuhan yang terdapat pada tiap lapisan
masyarakat dapat terpenuhi. Ide-ide Plato tersebut, dikembangkan oleh
Aristotelss dengan lebih men-dekatkan untuk dunia kenyataan.
Berdasarkan keterangan dari
Aristoteles :
Tujuan pendidikan ialah “kebahagiaan”. Untuk menjangkau tujuan
edukasi itu, maka aspek jasmani, emosi dan intelek mesti dikembangkan secara
seimbang.
Selanjutnya, menurut keterangan
dari Thomas Aquines :
Pendidikan ialah sebagai usaha mewujudkan kapasitas yang terdapat
dalam individu supaya menjadi aktualitas aktif dan nyata. Dalam urusan ini,
peranan guru ialah mengajar, memberi bantaun pada anak diri guna mengembangkan
potensi-potensi yang terdapat padanya.
Prinsip-prinsip edukasi aliran perennialisme yang sudah diuraikan,
sepertinya telah memprovokasi sistem edukasi modern, laksana pembagian kurikulm
guna sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi dan edukasi orang dewasa.
D. Paham
Aliran Rekonstruksionalisme
Aliran rekonstruksionalisme adalah berjuang membina sebuah
konsensus yang sangat luas tentang destinasi utama dan tertinggi dalam
kehidupan manusia. Untuk menjangkau tujuan tersebut, aliran
rekonstruksionalisme berjuang mencari kesepakatan seluruh orang tentang tujuan
utama yang dapat menata tata kehidupan insan dalam sebuah tatanan baru semua
lingkungannya. Karena itu, melewati lembaga dan proses pendidikan,
rekonstruksionalisme hendak “merombak tata rangkaian lama, dan membina tata
rangkaian hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
Para pengikut aliran rekonstruksionalisme berkeyakinan bahwa
bangsa-bangsa di dunia memiliki hasrat yang sama untuk membuat satu dunia baru,
dengan satu kebudayaan bari di bawah satu kedaulatan dunia, dalam pengawasan
beberapa besar umat manusia. Pikiran-pikiran rekonstruksionalisme berikut yang
lantas menjiwai pandangan pemuka-pemuka dunia dalam upaya membuat kelestarian
dunia, dan dalam rangka mengatasi kesenjangan yang melanda kehidupan umat insan
dewasa ini.
Paham
rekonstruksional ini berupa sebuah aliran yang berusaha untuk merubah tatanan
kebudayaan lama menjadi kebudayaan baru. Sesuai dengan kata dasar rekonstruksi,
construct; membangun ulang. Latar belakang-nya bisa disamakan dengan aliran
perenialisme, dimana merasa krisis pada masa sekarang.
Perbedaannya terlihat dimana pada perenialisme, ingin keluar dari situasi sekarang dengan kembali menerapakan azas pendidikan masa lalu, sementara untuk rekonstruksionismee lebih ‘optimis’ dengan membangun budaya baru yang lebih baik dari sekarang dan masa lalu.
Pelopor rekonstruksionisme ini dikenal nama George Count, Harold Rugg di tahun 1930. Paham ini bertujuan untuk membangun tatanan masyarakat baru yang lebih layak dan adil.
Perbedaannya terlihat dimana pada perenialisme, ingin keluar dari situasi sekarang dengan kembali menerapakan azas pendidikan masa lalu, sementara untuk rekonstruksionismee lebih ‘optimis’ dengan membangun budaya baru yang lebih baik dari sekarang dan masa lalu.
Pelopor rekonstruksionisme ini dikenal nama George Count, Harold Rugg di tahun 1930. Paham ini bertujuan untuk membangun tatanan masyarakat baru yang lebih layak dan adil.
E.
Paham Aliran
Eksistesialisme
Eksistensialisme ialah filsafat yang memandang segala fenomena
dengan berpangkal untuk eksistensi. Dengan demikian, eksistensialisme pada
hakikat-nya bertujuan mengembalikan eksistensi umat sesuai dengan suasana hidup asasi yang dia
punya dan dihadapinya.
Paham eksistensialisme tidak saja satu, tetapi terdiri atas sekian
banyak pandangan yang berbeda-beda. Berdasarkan keterangan dari
Kierjegaard eksistensialisme ialah suatu penolakan terhadap sebuah pemikiran
abstrak, tidak logis atau tidak ilmiah. Jadi eksistensialisme menurutnya ialah
segala format kemutlakan rasional. Dari sini dicerna bahwa aliran ini
berkeinginan memadukan hidup yang dipunyai dengan pengalaman, dan kondisi
sejarah yang ia alami, dan tidak mau terbelenggu oleh hal-hal yang sifatnya
abstrak.
Mengenai pandangannya mengenai pendidikan,
diputuskan bahwa aliran eksistensialisme tidak menghendaki adanya aturan-aturan
edukasi dalam bentuk. Oleh karena itu, eksistensialisme dalam urusan ini
menampik bentuk-bentuk edukasi sebagaimana yang terdapat sekarang.
Berdasar pada pandangan aliran eksistensialisme tersebut, maka tidak sedikit
kalangan berpengalaman pendidikan yang tidak setuju terhadaonya, sampai-sampai
aliran eksistensialisme tidak tidak sedikit dibicarakan dalam filsafat
pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat pada umumnya ialah metode berfikir secara bebas, kritis,
dan reflektif. Metode atau teknik berfikir laksana ini, pun diterapkan dalam
filsafat pendidikan. Di dalam filsafat
pendidikan memiliki beberapa perbedaan paham – paham dan aliran karena adanya
perbedaan pemikiran para tokoh yang menganut paham dan aliran tersebut. Seperti
halnya aliran progresivisme, esensialisme, perenialisme, rekonstruksisme dan
eksistensialisme.
Klasifikasi
aliran-aliran filsafat pendidikan berdasarkan perbedaan-perbedaan teori dan
praktek pendidikan yang menjadi ide pokok masing-masing filsafat tersebut.
Demikian pula klasifikasi itu sendiri akan berbeda-beda menurut cara dan dasar
yang menjadi kriteria dalam menetapkan klasifikasi itu.
B. Saran
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman dan pengetahuan kami masih sangat kurang. Oleh karena itu kami
harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan – masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber
internet :
Diakses pada 21 Maret 2019 Pukul 08.25
http://aliran-aliran
filsafat pendidikan.blogspot.com/2010/03/aliran-aliran-filsafat-pendidikan.html
Diakses pada 21 Maret 2019 Pukul 08.30
Diakses pada 21 Maret 2019 Pukul 21.27
Bet of The Day by William Hill - Woolworth Europe
BalasHapusbet of the day by William Hill as we febcasino will be 카지노사이트 the latest bet of the day by William 바카라 사이트 Hill (2pm BST).