Kamis, 19 September 2019

makalah kebudayaan suku banjar


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kmi miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

  




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang…………………………………………………………………….3
Rumusan Masalah…………………………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN
Sejarah kebudayaan Kalimantan selatan…………………………………………..4
System kebudayaan Kalimantan selatan secara material…………………………..6
System kebudayaan Kalimantan selatan secara non material………………………7

BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………..11
Saran………………………………………………………………………………11

 DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………………………………………...12





BAB I
PENDAHULUAN
 1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki bermacam- macam suku, kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan yang beraneka ragamtersebut tentu dapat terjadi karena perbedaan suku yang sangat terlihat pada setiap wilayahdan daerah di Indonesia. Tentu saja ini menjadi sebuah tradisi yang turun- temurun sejak dahulu.Kebudayaan ini tentu saja harus kita pelihara dan lestarikan keberadaannya, inimerupakan bekal untuk generasi yang akan datang agar mereka juga bisa mengetahui danmelihat keindahan, keunikkan dan keaslian dari kebudayaan tersebut.Pada kesempatan kali ini, penulis ingin memberitahu tentang kebudayaan yangada di Indonesia. Khususnya kebudayaan yang berada di daerah Kalimantan Selatan yaitu³suku Banjar´.Melihat keunikkan dari daerah Kalimantan selatan ini sendiri, kami tertarik untuk membahasnya lebih lanjut.
1.2  Rumusan Masalah
·         Sejarah kebudayaan Kalimantan selatan
·         System kebudayaan Kalimantan selatan secara material
·         System kebudayaan Kalimantan selatan secara non material


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Pengertian Kebudayaan 
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaianbangunan, dan karya seniBahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.2 Asal Usul Suku Banjar
Suku Banjar (bahasa Banjar: Urang Banjar) adalah suku bangsa yang menempati wilayah Kalimantan Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur. Populasi Suku Banjar dengan jumlah besar juga dapat ditemui di wilayah RiauJambiSumatera Utara dan Semenanjung Malaysia karena migrasi Orang Banjar pada abad ke-19 ke Kepulauan Melayu.
Berdasarkan sensus penduduk 2010 orang Banjar berjumlah 4,1 juta jiwa. Sekitar 2,7 juta orang Banjar tinggal di Kalimantan Selatan dan 1 juta orang Banjar tinggal di wilayah Kalimantan lainnya serta 500 ribu orang Banjar lainnya tinggal di luar Kalimantan.
Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yang merupakan pembauran masyarakat beberapa daerah aliran sungai yaitu DAS BahanDAS BaritoDAS Martapura dan DAS Tabanio. Dari daerah pusat budayanya ini suku Banjar sejak berabad-abad yang lalu bergerak melakukan migrasi secara sentrifugal atau secara lompat katak. Secara genetika suku Banjar kuno sudah terbentuk ribuan tahun yang lalu dan telah melakukan migrasi keluar pulau Kalimantan sekitar 1.200 tahun yang lalu menuju Madagasikara alias Madagaskar dan ke wilayah lainnya.
Sekitar tahun 1526, ketika raja Banjar menerima dan memeluk Islam maka diikuti seluruh kalangan suku Banjar untuk melakukan konversi massal ke agama Islam, sehingga kemunculan suku Banjar dengan ciri keislamannya ini bukan hanya sebagai konsep etnis tetapi juga konsep politis, sosiologis, dan agamis. Kelompok masyarakat yang telah menganut Islam ini disebut Oloh Masih dalam bahasa Dayak Ngaju atau Ulun Hakey dalam bahasa Dayak Maanyan.
Pada jaman dahulu, suku Banjar termasuk masyarakat bahari atau berjiwa kemaritiman. Perjanjian tanggal 18 Mei 1747 antara Sultan Banjar Tamjidillah I dengan VOC-Belanda tentang monopoli perdagangan oleh VOC-Belanda di Kesultanan Banjar diantaranya mengatur bahwa orang Banjar tidak boleh berlayar ke sebelah timur sampai ke BaliSumbawaLombok, batas ke sebelah barat tidak boleh melewati PalembangJohorMalaka dan Belitung.
Sejak itu wilayah pelayaran orang Banjar mulai menyempit, namun sisa-sisa jiwa kebaharian orang Banjar masih terlihat jejaknya pada kehidupan masyarakat Banjar di daerah perairan Kalimantan Selatan.Tradisi lisan oleh Suku Banjar sangat dipengaruhi oleh budaya MelayuArab, dan Cina. Tradisi lisan Banjar (yang kemudian hari menjadi sebuah kesenian) berkembang sekitar abad ke-18 yang di antaranya adalah Madihin dan Lamut. Madihin berasal dari bahasa Arab, yakni madah (ﻤﺪﺡ) yang artinya pujian. Madihin merupakan puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam khasanah folklor Banjar di Kalsel. Sedangkan Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar. Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanya menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah dibawa ke Tanah Banjar oleh pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya disesuaikan menjadi bahasa Banjar.

2.3 System kebudayaan Kalimantan selatan secara material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi
Kebudayaan material Kalimantan selatan berupa bangunan rumah adat banjar
Rumah Adat
Rumah adat suku Banjar yang terkenal adalah “Bubungan Tinggi”. Pada zaman dahulu, Bubungan Tinggi merupakan rumah adat khusus keluarga kerajaan, namun seiring perkembangan kemudian diadopsi oleh masyarakat Banjar secara umum yang kemudian menjadi ikon kebanggaan suku Banjar. Disebut “Bubungan Tinggi” karena konstruksi bangunan rumah memiliki bagian yang menjulang lancip ke atas. Secara umum “Bubungan Tinggi” terdiri dari beberapa konstruksi ruangan, yaitu :
  • Pelatar
Pelatar merupakan ruangan yang ada pada bagian paling depan rumah. Biasanya terdapat setelah menaiki tangga rumah. 


  • Paciran
Paciran merupakan ruangan penghubung. Paciran terbagi menjadi paciran dalam dan paciran luar. Biasanya paciran ini digunakan sebagai ruang untuk menyimpan peralatan pertanian atau pertukangan. 
  • Panampik
Panampik merupakan ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk menerima dan menjamu tamu yang berkunjung.
  • Palindangan
Palindangan merupakan bagian ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk beristirahat dan tidur. 
  • Padapuran
Padapuran berada di bagian paling belakang rumah dan berfungsi sebagai tempat untuk memasak maupun menyimpan berbagai perabot memasak

2.4 sistem kebudayaan Kalimantan selatan secara non material
Kebudayaan nonmaterial, yaitu ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi. Inilah denyut nadi kehidupan sosial.
Kebudayaan di kalsel berupa:
Kesenian Adat
  • Tarian
Secara historis tarian banjar terbagi kedalam dua bentuk pola, yakni pola seni tari yang dikembangkan di wilayah lingkungan keraton kerajaan dan pola seni tari yang dikembangkan oleh masyarakat. Nama seni tari yang dikembangkan dalam lingkungan keraton selalu diawali dengan nama “Baksa”, contohnya seperti tari Baksa Kembang, tari Baksa Panah, serta tari Baksa Dadap. Baksa sendiri memiliki makna arti kehalusan gerak dalam tarian. Sedangkan tari yang dikembangkan masyarakat salah satunya adalah tari Radab Rahayu yang biasanya disajikan dalam upacara adat pernikahan. 
Tarian yang berkembang pada masyarakat Banjar sedikit banyak mengadopsi bentuk tarian tradisional Jawa, sehingga lebih nampak seperti tata tari Jawa yang kalem, pelan, dan luwes daripada tata tari yang rampak, cepat dan keras. Tarian yang dikembangkan oleh suku Banjar merupakan bagian dari tarian tradisional Indonesia yang patut untuk dilestarikan.
  • Teater
Seni teater yang dimiliki oleh suku Banjar biasa disebut dengan “Mamanda”. Mamanda merupakan sejenis teater rakyat yang menyuguhkan setting kerajaan melayu Banjar. Setting kerajaan melayu nampak kental pada teater Mamanda karena seni teater ini pada mulanya berasal dari warga Melayu yang datang ke tanah Banjar. Karena kemenarikannya kemudian kesenian ini diadopsi oleh masyarakat asli suku Banjar. Selain unsur hiburannya, keberadaan Mamanda di tengah-tengah masyarakat suku Banjar juga memiliki kegunaan lain sebagaimana fungsi seni pertunjukan.
  • Musik
Kesenian musik yang hidup dalam tradisi suku Banjar adalah “Gamelan Banjar”. Seni gamelan banjar hampir serupa dengan seni gamelan yang ada pada suku Jawa. Perangkat alat musik yang digunakan pun sama seperti gong, kendang, sarun, kanung, kangsi, seruling dan selainnya. Seni Gamelan Banjar pada zaman dahulu merupakan pertunjukkan wajib yang ada pada lingkungan kerajaan, namun pada acara-acara adat tertentu, seni Gamelan Banjar juga sering dipentaskan.
  • Tradisi Lisan
Kesenian lisan suku Banjar biasa dikenal dengan seni “Madihin”. Madihin sendiri berasal dari serapan bahasa Arab yang artinya nasihat. Seni Madihin merupakan seni berpantun atau bersyair yang memiliki rima-rima tertentu dan biasa disajikan dengan cara bersaut-sautan antar satu pamadihin (sebutan bagi seniman madihin) dengan pamadihin lainnya. Dalam satu pementasan biasanya terdapat 2 – 4 orang pamadihin yang saling unjuk kebolehan. 
Upacara Adat Pernikahan
  • Basasuluh
Basasuluh merupakan kegiatan untuk saling mengenal antar calon mempelai. Kegiatan ini seperti tradisi ta’aruf dalam Islam dimana mempelai pria yang didampingi oleh keluarga berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai calon yang ingin dinikahinya. Bila kedua calon telah mendapatkan informasi satu sama lainnya dan merasa cocok maka bisa dilanjutkan dengan upacara badatang. 
  • Badatang
Badatang merupakan kegiatan dimana mempelai pria dan beserta keluarganya mendatangi keluarga calon mempelai wanita yang ingin diperistri. Tradisi badatang hampir sama dengan tradisi lamaran. Calon mempelai pria dan keluarga menyampaikan maksud dan tujuannya untuk meminang calon istri. Di dalam acara badatang kemudian akan ditetapkan pula waktu untuk melaksanakan pernikahan.
  • Nikah
Acara nikah suku Banjar biasa disebut juga dengan ‘Meantar Jujuran’. Pada acara nikah, mempelai pria dan mempelai wanita dinikahkan sesuai dengan hukum agama yang berlaku. Bila calon mempelai beragama Islam maka pernikahan dilakukan sebagaimana hukum pernikahan dalam Islam dengan menghadirkan penghulu, mahar, ijab qabul dan juga saksi-saksi.
  • Batimung
Batimung merupakan upacara mandi uap yang dilakukan oleh pengantin pria dan pengantin wanita. Biasanya dilakukan 3 hari sebelum upacara pernikahan dan resepsi pernikahan. Upacara mandi uap dilakukan untuk menguras keringat kedua calon agar lebih bersih dan wangi, sehingga ketika nanti tiba waktu persandingan, kedua mempelai pengantin tidak akan mengeluarkan keringat lagi.
  • Badudus
Tradisi badudus adalah kegiatan mandi kembang yang dilakukan oleh mempelai wanita. Mirip seperti tradisi siraman pada masyarakat suku Jawa. Tradisi badudus dilakukan pada pagi hari sebelum acara persandingan. Mempelai wanita dimandikan dengan air yang telah dilengkapi dengan berbagai macam taburan bunga. Pada saat tradisi badudus ini pula dilakukan tradisi yang namanya Belarap, yakni tradisi mencukur dan membentuk rambut pengantin wanita.
  • Batapung Tawar
Upacara Batapung Tawar dilakukan bersamaan dengan upacara badudus. Upacara batapung tawar dilakukan sebagai bentuk penebusan atas berakhirnya masa perawan dari seorang wanita yang akan menikah. Dalam upacara batapung tawar disediakan berbagai perangkat yang melambangkan keperluan pokok rumah tangga. Diantara perangkat yang disiapkan adalah seperti beras, kelapa, gula merah, ayam, telur ayam, pisau, lilin, uang koin (receh), jarum dan benang, sirih, rokok daun dan berbagai rempah-rempah dapur. Masing-masing perangkat memiliki kandungan makna filosofisnya sendiri-sendiri yang menggambarkan makna kehidupan berumah tangga. Berbagai perangkat tersebut dimasukkan kedalam sebuah keranjang yang kemudian diserahkan kepada tetua adat kampung yang memimpin jalannya upacara badudus.
  • Walimahan
Upacara walimahan merupakah acara resepsi atau pesta pernikahan yang dilaksanakan oleh keluarga pengantin dengan mengundang sanak keluarga dan kerabat untuk memberikan restu kepada pengantin. Pada acara walimah suku Banjar, kegiatan gotong royong sangat kental terasa. Dalam tradisi mereka, tuan rumah penyelenggara resepsi tidak diperbolehkan untuk mengurus kepanitiaan pernikahan, para tetanggalah yang kemudian secara gotong royong membentuk semacam kepanitiaan guna mengurusi segala macam keperluan pesta pernikahan yang akan diselenggarakan, mulai dari kebutuhan tenda, sajian kesenian, sajian makanan bagi para tamu undangan dan berbagai urusan dan kebutuhan pesta lainnya.
  • Petataian
Petataian merupakan kursi dan hiasan pelaminan khas Banjar yang disiapkan sebagai tempat pengantin untuk menerima para tamu undangan. Petataian biasanya diberi hiasan dibagian belakang kursi pengantin maupuan di sisi kanan dan sisi kirinya, seperti hiasan ornamen kain, maupun gucci dan tanaman sebagai pemanis dan pengindah pelaminan.
  • Batataian
Batataian merupakan kegiatan puncak pernikahan. Pengantin pria dan wanita bersanding di kursi petataian dan kemudian keduanya menerima para tamu undangan. Namun sebelum pengantin menerima tamu undangan biasanya didahului dengan upacara sujud pada orang tua serta makan bersama, baru kemudian pengantin diarak untuk duduk di petataian.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Suku bangsa Banjar ialah penduduk asli yang mendiami sebagian besar wilayah Propinsi Kalimantan Selatan.Suku Banjar berasal dari orang Melayu Sumatera, Kalimantan dan Jawa yang datang ke Kalimantan Selatan untuk berdagang.
Suku Banjar merupakan penduduk asli sebagian wilayah propinsi Kalimantan Selatan.Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam. Pengakuan bahwa religi sebagai suatu sistem, telah dikondisikan pada makna religi yang terdiri dari bagian-bagian yang behubungan satu sama lain dimana masing-masing bagiannya merupakan satu sistem yang tersendiri.
3.2 SARAN
Pembuatan makalah ini diharapkan agar dapat membantu teman-teman untuk mengenal suku Banjar secara lebih dalam. Dan di harapkan dengan makalah ini dapat membantu teman-teman sebagai referensi atau pun untuk menambah pengetahuan teman-teman.


DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

perbedaan sistem

1.       Sistem Abstrak dan Sistem Fisik Sistem abstrak adalah sistem yang berisi gagasan atau konsep yang tidak tampak secara fisik at...